Perdebatan antara push vs pull marketing bukanlah hal baru di dunia pemasaran. Namun, di tahun 2025, diskusi ini menjadi semakin relevan karena brand-brand di Asia Tenggara menerapkannya dengan akurat, terutama di platform seperti TikTok, TVC, dan e-commerce. Faktanya, banyak kampanye gagal bukan karena idenya buruk, tetapi karena strategi yang digunakan tidak sesuai dengan kebutuhan pasar atau waktu peluncuran.
Maka, brand-brand dengan pertumbuhan cepat di Asia Tenggara kini menyadari, bahwa memilih antara push atau pull saja tidaklah cukup. Mereka harus tahu kapan dan bagaimana menggunakan keduanya secara efektif. Lalu, apa sebenarnya perbedaan antara strategi push dan pull, dan bagaimana kita bisa menerapkannya secara cerdas?
Makna Push vs Pull yang Sebenarnya di Tahun 2025
Push adalah strategi pemasaran di mana perusahaan secara aktif menjangkau calon pelanggan terlebih dahulu. Ini mencakup promosi iklan berbayar, kerja sama dengan influencer besar, serta penempatan produk dan jasa di berbagai channel e-commerce seperti Shopee dan Tokopedia.
Misalnya, ketika sebuah brand ingin menembus pasar baru, mereka menggunakan iklan dan promosi besar-besaran agar nama mereka segera dikenal publik. Pendekatan ini termasuk bagian penting dalam marketing strategy Southeast Asia yang agresif dan bertujuan mendapatkan hasil dengan cepat.
Sebaliknya, pull adalah pendekatan di mana pelanggan datang sendiri karena tertarik dengan nilai atau cerita yang ditawarkan oleh brand. Strategi ini biasanya berbasis pada pemasaran konten seperti blog, video edukatif, ulasan dari pengguna atau user generated content atau UGC, hingga storytelling di media sosial. Strategi pull tidak memaksa audiens, melainkan mengundang mereka secara emosional untuk terhubung dan merasa tertarik.
Di tahun 2025, strategi pemasaran tidak bisa hanya mengandalkan satu metode. Mengintegrasikan push dan pull menjadi hal yang sangat penting, terutama dalam push pull campaign strategy yang menargetkan pertumbuhan jangka panjang dan untuk mendapatkan loyalitas pelanggan.
Kapan Harus Menggunakan Push vs Pull?
Brand perlu memahami kondisi pasar sebelum memilih strategi. Untuk itu, beberapa indikator yang bisa digunakan untuk menilai kondisi pasar, antara lain:
- Apakah brand masih baru di pasar?
- Berapa besar anggaran pemasaran yang dimiliki?
- Seberapa cepat hasil penjualan dibutuhkan?
- Bagaimana tingkat kedewasaan audiens terhadap kategori produk?
Berikut contoh alur pengambilan keputusan dengan menggunakan decision tree:
- Budget besar dan target waktu pendek?
→ Fokus pada push.
- Pasar sudah mengenal kategori produk?
→ Fokus pada pull.
- Brand ingin menciptakan tren dan menjadi pemimpin opini?
→ Gunakan pull secara strategis.
Berikut ilustrasi contohnya:
- Untuk peluncuran produk FMCG di Indonesia, strategi push lebih cocok karena konsumen di sini cenderung memberikan respon yang sangat aktif terhadap promosi dan diskon. Produk FMCG atau Fast Moving Consumer Goods sendiri adalah barang kebutuhan sehari-hari.
- Di sisi lain, untuk membangun nama brand kecantikan di Singapura, strategi pull lebih efektif, karena masyarakat Singapura lebih menghargai konten edukatif dan opini ahli, bukan sekadar promosi.
Inilah mengapa perencanaan digital marketing SEA harus mempertimbangkan dinamika pasar lokal. Tidak semua strategi cocok untuk diterapkan setiap negara di Asia Tenggara.
Studi Kasus: Strategi Push dan Pull dalam Praktiknya
Sebuah brand kosmetik dan kecantikan merilis lini produk baru secara serentak di Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Mereka menerapkan strategi push dan pull secara bersamaan namun disesuaikan dengan karakteristik masing-masing pasar, berikut penjelasan contohnya:
Strategi Push
Menampilkan produk di homepage Shopee, bekerja sama dengan influencer besar di TikTok dan Instagram.
Strategi Pull
Mempublikasikan ulasan produk dari micro-influencer, membuat panduan untuk skincare, dan menyebarkan konten melalui blog dan YouTube.
Hasil Studi Kasus
- Di Indonesia, pendekatan push menghasilkan konversi hingga 3 kali lipat dibandingkan rata-rata kampanye sebelumnya.
- Di Filipina, strategi pull justru menghasilkan engagement tertinggi, karena audiens sangat aktif dalam komunitas kecantikan digital.
Contoh ini menunjukkan bagaimana memahami kondisi pasar lokal menjadi bagian kunci dari brand growth strategy Indonesia dan regional.
Framework Perencanaan Kampanye Push-Pull dari IDEOWORKS
Untuk merancang kampanye yang efektif di berbagai pasar, IDEOWORKS menawarkan framework perencanaan 4 langkah:
-
Audit
Langkah pertama dimulai dengan audit mendalam terhadap kondisi brand saat ini. IDEOWORKS akan menganalisis kekuatan, kelemahan, serta peluang yang ada di pasar sasaran untuk mengidentifikasi celah strategi. Proses ini memastikan bahwa kampanye dibangun di atas pemahaman yang kuat terhadap konteks dan target audiens.
-
Match
Setelah mendapatkan insights dari audit, push pull campaign strategy disesuaikan dengan tujuan bisnis, karakter audiens, serta sumber daya yang tersedia. Pendekatan ini membantu menciptakan kampanye yang lebih relevan dan terfokus. Dengan strategi yang tepat sasaran, efektivitas pemasaran pun meningkat secara signifikan.
-
Blend
Kampanye yang sukses membutuhkan perpaduan saluran yang tepat. IDEOWORKS menggabungkan berbagai channel, mulai dari media sosial, SEO, mesin pencari,, hingga media offline, untuk menjangkau audiens dari berbagai titik kontak. Pendekatan terintegrasi ini memperkuat pesan dan meningkatkan peluang konversi.
-
Measure
Evaluasi performa dilakukan secara rutin menggunakan KPI utama seperti reach, conversion rate, dan engagement. Dengan pelaporan data yang transparan dan real-time, brand dapat mengoptimalkan strategi di setiap fase kampanye. Langkah ini memastikan ROI pemasaran dapat terus dimaksimalkan dari waktu ke waktu.
Framework ini cocok diterapkan dalam kampanye multi-market, di mana peluncuran produk tidak dilakukan secara serentak, melainkan bertahap. Pendekatan seperti ini memungkinkan brand untuk menguji strategi terlebih dahulu di satu pasar sebelum menerapkannya di wilayah lain.
Dalam campaign planning framework, penting untuk tidak melihat push dan pull sebagai dua elemen yang saling bertolak belakang. Justru sinergi antara keduanya mampu menciptakan dampak yang lebih besar daripada memilih salah satunya saja.
Strategi Pemasaran 2025 Berbasis Adaptasi dan Kombinasi
Menghadapi persaingan di tahun 2025, brand tidak bisa lagi mengandalkan satu strategi pemasaran tunggal, namun, kombinasi push dan pull yang diterapkan pada waktu dan tempat yang tepat, menjadi kunci sukses untuk kampanye.
Dengan memahami kebutuhan audiens, menggunakan pendekatan adaptif, serta mengintegrasikan semua channel secara strategis, brand bisa mengembangkan posisi mereka dengan lebih cepat dan stabil di Asia Tenggara. Dalam konteks marketing strategy 2025, fleksibilitas dan insight pasar adalah aset utama.
Kesimpulannya, apakah brand Anda siap menavigasi strategi push vs pull marketing dengan cerdas? Perencanaan yang matang dan pendekatan terintegrasi, akan membawa perbedaan besar dalam meraih hasil nyata. IDEOWORKS siap mendampingi Anda merancang strategi push dan pull untuk meraih hasil sesuai target perusahaan.