Preloader
Top down view of business team putting hand together while discussing about Ux Ui design for mobile phone at boardroom. Close up of marketing team making stack of hand and clapping hand. Convocation.

Belajar Strategi Marketing dari Brand yang Sukses Bertahan di Masa Krisis Ekonomi

Kondisi ekonomi yang sedang lesu dapat sangat berpengaruh terhadap brand. Situasi ini pun memberikan pengaruh yang berbeda pada setiap bisnis. Ada brand yang semakin menurun di segala aspek. Di sisi lain, ada brand yang justru semakin bertahan kuat, dengan membuat inovasi bisnis dan bahkan mengalami peningkatan penjualan. Apa yang membuat kondisi setiap brand berbeda?

Faktor yang Membuat Kondisi Setiap Brand Berbeda di Masa Recession

Pada umumnya, setiap brand mengalami kondisi yang berbeda saat masa perekonomian sedang menurun, dikarenakan adanya perbedaan strategi, kemampuan beradaptasi dan kesediaan untuk menangkap peluang yang muncul di saat krisis. Maka dari itu, kita akan belajar strategi dari brand-brand yang sukses bertahan di masa sulit ini.

Strategi Brand yang Telah Sukses Bertahan di Masa Perekonomian Sulit

Sejumlah brand terbukti berhasil dengan strategi marketing mereka dan sukses bertahan di masa perekonomian sedang menurun. Berikut contoh case study dan strategi yang diterapkan:

1. Menyesuaikan Strategi dengan Perubahan Perilaku Konsumen

Case study: Walmart pada masa The Great Recession 2008

Pada masa The Great Recession 2008 di Amerika Serikat, daya beli consumer jauh menurun. Walmart pun mengubah biaya operasional agar menjadi lebih efisien, sehingga dapat menurunkan dan menyesuaikan harga jual.

Strategi yang dapat dipelajari:

Memahami prioritas consumer pada masa kondisi ekonomi sedang menurun dan sesuaikan penawaran dari brand. Tunjukkan juga nilai unik brand, seperti harga terjangkau, kualitas tinggi, atau kenyamanan saat berbelanja.

2. Memanfaatkan Teknologi Agar Selangkah Lebih Maju

Case study: Zoom selama masa pandemi COVID-19

Pandemi COVID-19 mengubah sistem kerja perkantoran menjadi remote dari rumah, sehingga dipilihlah Zoom sebagai media komunikasi utama untuk tetap terhubung, karena tampilan dan penggunaannya yang mudah, baik untuk bisnis, sekolah dan kepentingan pribadi. Di akhir 2020, pendapatan Zoom naik 300%.

Strategi yang dapat dipelajari:

Berinvestasi di bidang teknologi untuk menciptakan solusi yang sesuai dengan tantangan yang dihadapi. Selain itu, mengukur skala bisnis dapat memudakan brand untuk mengetahui, sejauh mana kemampuannya untuk dapat memenuhi permintaan yang melonjak secara tiba-tiba.

3. Fokus pada Engagement dengan Komunitas

Case study: Advocacy marketing terkait lingkungan oleh Patagonia di tahun 2008

Pada masa The Great Recession 2008 di Amerika Serikat, Patagonia memperkuat brand loyalty dengan meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan. Mereka membuat campaign Don’t Buy This Jacket yang mengajak consumer untuk berpikir kritis tentang kebiasaan konsumtif dan memperbaiki baju lama alih-alih membeli yang baru.

Strategi yang dapat dipelajari:

Menerapkan advocacy marketing dengan melibatkan konsumen dengan tetap menjaga autentisitas brand. Buat misi yang jelas dan konsisten dalam campaign untuk promosi dan menjaga engagement.

4. Menurunkan Layanan untuk Meningkatkan Peluang

Case study: Airbnb pada masa Great Recession 2008

Airbnb berawal pada tahun 2008 di masa krisis The Great Recession Amerika Serikat. Pada masa ini, banyak orang mencari alternatif penginapan terjangkau selain hotel. Airbnb menawarkan penginapan unik dan terjangkau, dengan mengajak para pemilik hunian pribadi untuk menyewakan rumah atau kamar mereka.

Strategi yang dapat dipelajari:

Coba lihat celah di pasaran yang sejalan dengan kebutuhan consumer yang muncul tiba-tiba. Beri penawaran solusi yang kreatif dan lebih terjangkau yang membedakan brand dari kompetitor.

5. Manfaatkan Masa Sulit untuk Tingkatkan Skill Tenaga Kerja

Case study: Sumber daya manusia Ford di masa Great Depression AS 1929 – 1939

Great Depression Amerika Serikat di tahun 1929 – 1939 membuat produksi mobil menurun drastis. Namun, Ford memanfaatkan kondisi lesu ini untuk melatih para tenaga kerjanya agar mereka belajar teknik baru. Saat perekonomian normal kembali, strategi tersebut membuahkan hasil karena produksi Ford seketika meningkat tajam.

Strategi yang dapat dipelajari:

Manfaatkan momen di mana aktivitas jual-beli menurun, untuk melatih karyawan dan mengevaluasi apa saja yang dapat diperbaiki. Siapkan juga karyawan dan kegiatan operasional untuk segera bangkit saat kondisi ekonomi kembali normal.

6. Membangun Partnership yang Kuat

Case study: Strategi aliansi IBM pada masa krisis energi di tahun 1970

Krisis energi di tahun 1970 membuat IBM mengalami penurunan dari segi penjualan komputer. Alih-alih mengurangi penjualan, IBM fokus untuk membangun partnership dengan bisnis lainnya, sehingga mereka bisa promosi lebih optimal kepada klien, memperluas jangkauan bisnis dan tetap stabil dalam guncangan ekonomi.

Strategi yang dapat dipelajari:

Kolaborasi adalah kunci penting untuk membuka peluang baru. Bergabunglah dengan bisnis yang dapat menambah kekuatan brand Anda. Fokus pada solusi yang bisa menambah value pada brand sehingga dapat menarik minat konsumen, khususnya di masa perekonomian sedang menurun.

7. Membuat Inovasi dengan Biaya Lebih Rendah

Case study: Southwest Airlines pada masa krisis energi di tahun 1970

Saat harga bensin naik di masa krisis energi pada tahun 1970-an di Amerika Serikat, Southwest Airlines tidak menaikkan harga tiket seperti penerbangan lain, namun mereka memilih untuk menggunakan satu jenis pesawat saja, yaitu Boeing 737 sehingga dapat mengurangi biaya maintenance dan membuat operasional lebih hemat.

Strategi yang dapat dipelajari:

Terapkan strategi operasional yang dapat memangkas biaya tanpa menurunkan kualitas. Gunakan pendekatan yang inovatif untuk membuat brand Anda berbeda dari yang lain di pasar dengan kompetisi yang ketat.

8. Selalu Buat Strategi untuk Tujuan Jangka Panjang

Case study: Johnson & Johnson pada masa krisis Tylenol 1982

Krisis Tylenol pada tahun 1982 di Amerika Serikat mendorong Johnson & Johnson untuk tetap fokus pada target jangka panjang, ketika menghadapi tantangan bisnis. Meskipun mengalami kerugian jangka pendek, mereka tetap menarik penjualan 31 juta botol Tylenol dan memperkenalkan produk dengan kemasan baru yang lebih tahan kerusakan. Langkah besar ini memerlukan biaya hingga 100 juta dollar AS namun terbukti efektif untuk meningkatkan kepercayaan consumer dan memperkuat branding Johnson & Johnson.

Strategi yang dapat dipelajari:

Terkadang, pengorbanan untuk jangka pendek sangat diperlukan untuk kesuksesan dalam jangka panjang. Prioritaskan reputasi brand dan kepercayaan konsumen melebihi finansial perusahaan.

Kesimpulan

Setiap brand memiliki tantangan dan peluang yang berbeda saat menghadapi kondisi ekonomi yang lesu. Perbedaan inilah yang menjadikan strategi, adaptasi, serta inovasi sebagai kunci utama untuk bertahan, bahkan tumbuh di tengah krisis. Dengan mempelajari strategi dari brand-brand sukses, bisnis Anda dapat mengambil inspirasi untuk membangun fondasi yang lebih kuat dan siap menghadapi segala kondisi ekonomi ke depannya.

Anda pun dapat menemukan strategi yang tepat untuk brand Anda. IDEOWORKS adalah digital agency Jakarta yang siap merancang strategi paling tepat bersama Anda, untuk membuat brand Anda tetap eksis di saat ekonomi sedang mengalami krisis, sehingga brand terus bertahan, bahkan dapat meningkatkan penjualan dan menambah pelanggan untuk jangka panjang. Hubungi IDEOWORKS sekarang juga melalui kontak yang tersedia.

Tags

Further Reading: