Preloader
Senior man in elegant business suit sharing his business experience while making social media video

6 Tren Media Sosial Terkini yang Perlu Diperhatikan Brand Director

Key points

  • Beberapa tren media sosial yang sedang populer saat ini mencakup purpose-driven marketing, social commerce, nostalgia marketing, dan penggunaan generative AI.
  • Namun, di saat yang bersamaan, audiens juga lebih menitikberatkan kebebasan serta authenticity. Ini terbukti dari tren seperti de-influencing dan silent social platform.

Jumlah pengguna media sosial di seluruh dunia terus meningkat pesat. Menurut data dari Measure Studio, jumlah pengguna media sosial pada tahun 2024 sudah bertambah sebanyak 259 juta orang, atau sekitar 5,4% dari tahun sebelumnya. Hal ini tentunya penting brand director ketika bekerja sama dengan social media agency Jakarta.

Sebab, dengan semakin banyaknya pengguna media sosial, tentunya jumlah tren baru dalam social media marketing juga ikut bertambah. Berikut adalah beberapa contoh tren yang perlu brand Anda perhatikan.

1. Purpose-driven marketing

Purpose-driven marketing adalah strategi pemasaran yang menekankan nilai, tujuan, dan dampak sosial dari sebuah brand. Mengapa tren ini bisa populer? Dilansir dari Greenism, konsumen modern–terutama Gen Z–semakin peduli terhadap isu sosial, lingkungan, dan keberlanjutan.

Anda selaku brand director dapat menerapkan strategi ini dengan memastikan pesan pemasaran mencerminkan nilai inti perusahaan, melakukan kampanye berbasis dampak sosial, serta berkolaborasi dengan organisasi atau gerakan sosial yang relevan. Termasuk, social media agency Jakarta yang berpengalaman di bidang ini.

2. Social commerce semakin populer

Social commerce merujuk kepada integrasi antara aktivitas belanja dan media sosial. Artinya, konsumen dapat melakukan pembelian langsung melalui platform seperti Instagram, TikTok, atau Facebook. 

Menurut Statista, tren ini semakin populer di Indonesia dan berbagai negara karena banyaknya diskon menarik dan pengalaman belanja yang lebih interaktif serta mudah. Apalagi, mengingat strategi ini memberikan konsumen kesempatan untuk melihat produk secara langsung, meskipun mereka tidak berbelanja di toko fisik.

Brand director dapat memanfaatkan fitur seperti live shopping, product tagging, atau in-app checkout untuk meningkatkan konversi penjualan. Selain itu, kolaborasi dengan influencer atau konten kreator juga dapat membantu memperluas jangkauan.

3. Silent social platform

Berdasarkan pemaparan dari Social Insider, banyak pengguna mulai menghindari interaksi yang terlalu terbuka di media sosial. Mereka lebih memilih platform yang menawarkan privasi, seperti komunitas tertutup di Discord, Clubhouse, atau Telegram.

Selain itu, tidak menutup kemungkinan juga masih ada segmen konsumen yang masih mengakses media sosial dengan timeline terbuka seperti TikTok, Instagram, dan lainnya. Namun, sumber yang sama menemukan bahwa pengguna lebih banyak mengonsumsi konten di sana tanpa banyak berinteraksi. Contohnya, hanya menonton video atau melihat post tanpa memberikan like atau komentar.

Karena tren ini muncul akibat kelelahan terhadap konten yang terlalu ramai atau interaksi yang dipaksakan, Anda perlu menyesuaikan strategi konten dengan membuat materi yang menarik dan informatif, tanpa memaksa interaksi. Konten visual berkualitas tinggi dan storytelling yang kuat dapat menjadi kunci untuk menarik perhatian pengguna silent social.

4. De-influencing

De-influencing artinya tren influencer atau pengguna media sosial mengkritik produk atau gaya hidup yang dianggap berlebihan atau tidak berkelanjutan. Tren ini muncul sebagai reaksi terhadap budaya konsumerisme yang dipicu oleh influencer marketing. 

Brand director bisa merespons tren ini dengan lebih transparan dan jujur dalam mempromosikan produk. Menyediakan informasi yang akurat dan mendukung konsumen untuk membuat keputusan bijak dapat membantu membangun kepercayaan dan loyalitas.

5. Nostalgia marketing

Konten nostalgia marketing identik dengan elemen-elemen dari masa lalu, seperti desain retro atau referensi budaya populer dari dekade sebelumnya.

Dikutip dari EMB Global, popularitas tren ini berakar dari ketidakpastian global–terutama saat puncak Covid-19–yang memicu rasa cemas. Namun, ikatan emosional dari unsur-unsur familier dari masa lampau memberikan rasa nyaman. 

Bersama social media agency Jakarta, Anda dapat menerapkan nostalgia marketing dengan menghidupkan kembali produk, kemasan, atau kampanye iklan yang ikonik dari masa lalu. Namun, tetaplah menyeimbangkan elemen nostalgia dengan sentuhan modern agar tetap relevan dengan audiens saat ini.

6. Penggunaan generative AI

Generative AI, seperti ChatGPT atau DALL-E, telah menjadi alat yang semakin populer dalam menciptakan konten media sosial, baik dari segi copywriting maupun desain visual. Tren ini muncul karena mampu menghemat waktu dan biaya dalam produksi konten. 

Namun, bagaimana brand Anda bisa memanfaatkannya dengan bijak?  Kuncinya, pastikan bahwa konten yang dihasilkan tetap autentik dan sesuai dengan nilai-nilai brand. Sebab, menurut hasil eksperimen dari MIT Sloan, menggabungkan human touch dengan AI bisa memicu respons yang lebih positif dari audiens.

 

Dalam menghadapi tren media sosial yang terus berkembang, tidak ada salahnya jika brand Anda bekerja sama dengan social media agency Jakarta yang tepat. Salah satu rekomendasi yang bisa Anda pertimbangkan adalah IDEOWORKS.

IDEOWORKS siap membantu brand Anda dalam merencanakan dan mengeksekusi strategi pemasaran yang sesuai tren terkini. Dengan pendekatan berbasis data, kreativitas, inovasi, dan tim yang berpengalaman di berbagai industri, Anda dapat meningkatkan visibilitas dan efektivitas kampanye Anda. Mari konsultasikan ide kreatif Anda sekarang bersama IDEOWORKS!

Tags

Further Reading: